Fantastic4C

My photo
bogor, jawa barat, Indonesia
We are the Fantastic 4C team! *Adelia Putri, *Alifa Shakila, *Aquila Jidapa, *Aulia hamdan Fauzi, *Dayzan Arkananta, *Dhiena Alyaa Puteri *Fairuuz Shihan Namora, *Fawwaz Abud, *Frilli Azarine Maharani, *Husna Aulia Fadilah, *Kelana S Putra Monoarfa, *Marwa Nur Mardhiyah, *Muhammad Abyan K Subayu, *Muhammad Daffa Fadhillah, *Muhammad Daffa Hidayat, *Muhammad Daffa Nashrullah, *Muhammad Fathan Firdausi, *Muhammad Majdi Fuadi, *Muhammad Rafidan M, *Muhammad Reyhan Dafiansyah, *Muhammad Zidan Alian Fadila, *Nisya Salsabila Putri, *Ranuh Muhammad, *Rendy Shika Kawaldi, *Salma Fauziyah, *Salsabila Evandi, *Shafa Naurah Kamiliya, *Tubagus Fauzan Abdul Aziz, *Wiyoga Adhitya Pratama, dan tentu saja bersama ustadzah Melissa Madjid.. ^_^ so LeTs PLaY, LeArN, anD gRoW toGetHer..!

Spesial Tuk Mama Papa

News UpdaTe...

Agenda Bulan Maret 2011

* Senin, 1 Maret 2011
   Untuk mama dan papa, ada kajian rutin bulanan di ruang Auvi SDIT At taufiq bersama ustadz Sambo.      
   (sie.da'wah komite attaufiq)

* Senin 14 - 18 Maret 2011
   Pekan UTS semester genap 2011




comments :

Mama, papa, bagaimana Ananda di rumah?



Mama papa yang baik, ustadzah mel juga ingin sekali tahu bagaimana perubahan perilaku positif ananda di rumah. Adakah selama ini, termasuk saat di kelas 4 ini?
Berbagi cerita yaa, ustadzah mel nantikan ...

 

 artikel 1 :

  Semua Anak Kreatif  

Banyak orangtua, sadar atau tidak, menganggap anak yang pandai adalah anak yang unggul secara akademik. Tanpa menyadari bahwa kreativitas dan bakat juga perlu dibangun agar anak berhasil dalam kehidupan.
Anak kreatif dapat memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya dengan cara yang efektif, tidak takut melakukan kesalahan, mau berusaha dan mangambil risiko hingga mendapatkan ide yang inovatif.
Orangtua dan guru harus mampu menciptakan iklim yang menunjang dan mendorong anak merasa tertantang untuk berkreasi.
Tantangannya adalah, bagaimana mendidik anak agar menjadi unggul secara akademik dan juga kreatif ?

Mengembangkan kreativitas
Pada dasarnya, berpikir kreatif dapat dikembangkan melalui aktivitas atau kebiasaan sehari-hari. Sehingga, keberadaan lembaga khusus kurang diperlukan. “Yang terpenting adalah bagaimana orangtua dan guru mampu menciptakan iklim yang menunjang pengembangan kreativitas, yang mendorong anak untuk merasa tertarik dan tertantang untuk berkreasi,” jelasnya. Namun, jika yang dimaksud adalah kreativitas yang berkaitan dengan bidang tertentu, seperti seni, anak dapat saja mengikuti kegiatan khusus untuk mengasah potensi dan kreativitasnya.”
Peranan orang dewasa sebagai panutan dalam berperilaku kreatif juga sangat membantu pengembangan kreativitas anak. “Perilaku kreatif bisa ditunjukkan dengan berpikiran terbuka, berani mengambil risiko, mencari ide-ide baru, mengevaluasi ide secara kritis, dan tak ragu untuk mengatasi masalah. Anak-anak belajar dengan mencontoh perilaku orang lain, maka perilaku orang dewasa di sekitarnya merupakan pengaruh yang sangat penting untuk mereka. Orang-orang dewasa ini juga dapat mendorong anak-anak menjadi kreatif dengan memberikan pujian ketika anak tersebut melakukan sesuatu yang kreatif,”.
Secara spesifik, melihat guru dan orangtua harus belajar dengan strategi dan kemampuan berpikir kreatif, agar dapat mendorong anak berpikir kreatif. “Mereka juga dapat mencari informasi mengenai lingkungan seperti apa yang dapat mendukung kreativitas, sehingga mereka sendiri dapat membangun lingkungan semacam itu,”.
Proses kreatif tidak bisa dipisahkan dari adanya imajinasi. “Anak yang diberi kesempatan untuk bebas berimajinasi lewat bermain atau aktivitas lainnya sudah mendapatkan peluang besar untuk memunculkan potensi kreatifnya. Dengan lingkungan yang kaya akan rangsangan mental di mana anak bebas dan merasa aman dalam berkreasi maka ia akan merasa tertarik dan tertantang untuk mewujudkan kreativitasnya. Kondisi ini, dapat tercipta bila orangtua mau menyempatkan diri berdiskusi dengan anak, menyediakan alat-alat permainan yang dapat merangsang kreativitas, dan memberi ruang untuk berkreasi.”

Sinergi pengetahuan & kreativitas
Ahli kreativitas, S.C. Utami Munandar melihat bahwa pendidikan kreativitas sangat terkait dengan pendidikan akademik. Dengan menjadi kreatif, siswa tidak akan merasa cemas ketika menghadapi masalah dalam pelajaran karena sudah terbiasa melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang.
Sependapat bahwa seharusnya tidak ada perbedaan antara akademik dan kreativitas. Karena untuk menjadi kreatif dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan. “Anda tidak dapat mencipta atau memikirkan sesuatu yang baru jika hanya sedikit hal yang Anda ketahui. Di lain pihak, mengetahui dan mengingat banyak hal tanpa mengetahui bagaimana mengelola pengetahuan itu menjadi suatu manfaat yang baik dan efektif juga tidak berguna,” .
Mengenai metode pendidikan, memandang perlu dikembangkan kemampuan dalam berpikir secara divergen, yaitu proses berpikir yang memungkinkan untuk menghasilkan beragam jawaban terhadap satu persoalan. “Misalnya metode belajar aktif. Metode ini akan merangsang anak untuk mencari solusi dari beragam persoalan kegiatan belajar. Kegiatan belajar mengajar pun dirancang sedemikian rupa sehingga tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga memungkinkan siswa atau anak untuk mengaplikasikan teori tersebut dalam kehidupan sehari-hari,” .
Misalnya, guru memberikan pertanyaan yang menuntut jawaban yang beragam, seperti meminta anak menyebutkan fungsi lain yang tidak biasa dari suatu benda (katakan saja fungsi lain dari koran selain dari fungsi umumnya yaitu untuk dibaca).
Dari penelitian yang dilakukan di sejumlah sekolah umum, disimpulkan bahwa para guru harus lebih menyadari bahwa mereka bisa menjadi kreatif dan memiliki keberanian untuk mengaplikasikan kekreatifannya dalam proses mengajar. ”Namun hal ini sulit dilakukan karena kendalanya di Indonesia ialah budaya yang tidak mendukung sesuatu dilakukan secara berbeda. Dalam budaya Indonesia, mengambil risiko bukanlah hal yang biasa dilakukan,”.

Ciri-ciri anak yang kreatif
Fluency. Mampu melontarkan beragam ide unik dalam waktu terbatas
Flexibility. Mampu menelaah berbagai sudut pandang dalam mencari alternatif pemecahan masalah
Mampu menciptakan/memikirkan hal-hal yang bersifat original
Mampu melakukan elaborasi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi, atau berpikir secara detil sehingga dapat menghasilkan hal-hal atau pemikiran baru
Mampu mengombinasikan berbagai hal/ide yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas dan bakat
Ciptakan lingkungan yang merangsang kreativitas
Kembangkan rasa ingin tahu anak dengan mengenalkannya pada berbagai hal atau kegiatan, misalnya dengan melakukan eksprerimen sederhana, membuat kreasi, atau mengunjungi museum.

Libatkan anak dalam kegiatan curah ide (brainstorming )
Minta anak melontarkan beragam ide dalam kelompok, dan kemudian membahas ide-ide yang dilontarkan. Semakin banyak ide yang dihasilkan, semakin besar kemungkinkan munculnya ide-ide yang unik.

Berikan kesempatan untuk bereksplorasi dan mencoba
Berikan anak kebebasan untuk melakukan eksplorasi, menemukan hal-hal baru, dan sesekali membuat kesalahan sehingga ia dapat belajar menelaah berbagai sudut pandang untuk memecahkan persoalan.

Munculkan motivasi internal
Hargai setiap ide maupun karya yang dihasilkan anak secara proporsional. Hindari memberi kritik yang dapat menimbulkan kekecewaan pada anak. Hindari juga memberi pujian secara berlebihan. Hendaknya juga tidak selalu menghadapkan anak pada situasi yang kompetitif.

Kembangkan cara berpikir yang fleksibel dan playful
Latih anak untuk menelaah berbagai sudut pandang dalam menghadapi persoalan. Misalnya saja ketika anak melontarkan pendapatnya, orangtua atau guru dapat memperkaya pendapat tersebut ataupun memberikan pendapat dari sudut pandang lain tanpa mengkritisinya. Kembangkan sense or humor sehingga anak terbiasa menghadapi ide-ide ‘liar’, yang tidak biasa (out of the box).

Kenalkan anak dengan orang-orang yang kreatif
Kenalkan anak pada seseorang yang memiliki suatu karya dan diskusikan mengenai kemampuannya. Guru juga dapat merancang suatu kegiatan di sekolah, misalnya dengan mengundang ahli dalam bidang tertentu untuk berbagi pengalaman mengenai hal-hal yang dapat membantu mereka dalam menghasilkan karyanya (mengembangkan kreativitas), seperti penulis, musisi, scientist, dsb)

Kebiasaan-kebiasaan yang menghambat kreativitas anak
Pola asuh otoriter atau over protektif.
Memberikan aktivitas yang sudah terstruktur, seperti mewarnai berdasarkan contoh dan permainan yang sifatnya mekanis dan otomatis
Kebiasaan mengkritik secara cepat dan mencemooh hasil karya anak
Kurangnya waktu luang untuk anak
Melarang anak untuk melamun, padahal melamun merupakan saat dimana anak dapat berimajinasi menghasilkan kreasi-kreasinya. Namun orangtua dan guru juga tetap perlu memperhatikan durasi anak dalam melamun agar tidak membuatnya lupa mengerjakan tugasnya kembali atau melakukan aktivitas semula.


artikel 2 :


       Pendidikan anak, memiliki peran yang sangat penting, lantaran kisah juga merupakan salah satu metode pengajaran. Dalam Al-Qur`an, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengajarkan berbagai kisah dari umat-umat terdahulu. Sehingga secara langsung bisa dipahami, bahwa Islam memberikan perhatian yang besar terhadap masalah ini, yaitu dengan menyebutkan kisah-kisah yang mendidik dan bermanfaat sebagai metode dalam menyampaikan pengajaran. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencontohkan kisah tentang Luqman Al-Hakim yang memberi wasiat kepada anaknya dengan wasiat yang sangat penting dan berharga.


Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yangsungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu …” [Q.S An-Nisa/4:164].

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur`an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman“. [Yusuf/12:111].


Inilah di antara metode yang digunakan oleh Al-Qur`an dan As-Sunnah dalam masalah pengajaran, yaitu dengan menuturkan kisah-kisah teladan. Kita dapatkan bahwasanya memberi nasihat dengan menuturkan cerita-cerita yang menarik, akan memberikan pengaruh yang besar pada jiwa anak-anak, apalagi jika sang penuturnya juga mempunyai cara yang menarik dalam menyampaikannya, sehingga mampu mempesona dan memberikan pengaruh mendalam bagi yang mendengarnya. Karena ciri khas kisah-kisah teladan, ia mampu memberikan pengaruh bagi yang membacanya maupun yang mendengarkannya. Oleh karenanya, sepatutnya sebagai pendidik, juga memberikan perhatian ketika menerapkan metode ini.
Terlebih lagi, di tengah masyarakat sejak dahulu telah merebak berbagai kisah ataupun hikayat yang tidak diketahui asal-usulnya. Banyaknya cerita fiktif dan sarat dengan kedustaan yang dijadikan sebagai sandaran dalam memberikan pengajaran kepada manusia umumnya, dan khusus kepada anak-anak. Kisah-kisah fiktif ini telah mempengaruhi pola pikir anak-anak kita. Misalnya menjadikan para penjahat sebagai pahlawan, dan orang-orang yang buruk perangainya menjadi sang pemenang, ataupun orang-orang fasik menjadi idola. Ini merupakan kejahatan terhadap anak-anak kita, dan cepat atau lambat akan menumbuhkan dampak buruk bagi anak didik kita.

Hadirkan Kisah-Kisah Teladan
Setelah mengetahui kandungan dan kemungkinan munculnya dampat negatif dari kisah-kisah fiktif tersebut, maka menjadi kewajiban kita untuk mengarahkan anak-anak agar menjauhi kisah-kisah fiktif dan penuh kedustaan tersebut. Kemudian mereka didekatkan dengan kisah-kisah teladan penuh hikmah. Misalnya kisah tentang para nabi Allah. Kisah-kisah teladan inilah yang semestinya mewarnai kehidupan anak-anak kita.

Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka“. [Q.S. Al-An'am/6:90].

Seperti halnya kisah Nabi Yunus Alaihissalam ketika berada di dalam perut ikan paus, Nabi Sulaiman Alaihissalam dengan burung Hud-Hud, juga kisah Nabi Yusuf Alaihissalam dengan saudara-saudaranya. Demikian pula kisah Nabi Musa Alaihissalam dengan Khidir, dan kisah-kisah lainnya.
Begitu juga anak harus didekatkan dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sirah beliau ini, kita dapat memetik banyak pelajaran, sejak beliau masih di dalam kandungan, kemudian bapak beliau meninggal, sehingga beliau lahir dalam keadaan yatim, dan seterusnya. Banyak pulaperistiwa-peristiwa besar yang beliau lewati, sehingga membawa perubahan besar bagi umat manusia. Begitu juga dengan kisah-kisah yang beliau tuturkan dalam hadits-hadist yang shahih. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah“. [Q.S. Al-Ahzab/33:21].

Demikian juga kita bisa menuturkan kepada anak-anak dengan kisah-kisah para sahabat Nabi, sebagaimana yang dipaparkan oleh seorang penyair:
Jika kalian tidak bisa menjadi seperti mereka, (maka) contohlah mereka!
Karena sesungguhnya, meneladani orang-orang mulia, merupakan keutamaa
n”.
Sebagai contoh, kisah yang disebutkan dalam sirah ‘Umar bin ‘Abdil-’Azis (Juz 1, hlm 23). Yaitu kisah Amirul-Mukminin ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu dengan seorang wanita. Tatkala Khalifah ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu memegang tampuk pemerintahan, beliau melarang mencampur susu dengan air.

Awal kisah, pada suatu malam Khalifah ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu pergi ke daerah pinggiran kota Madinah. Untuk istirahat sejenak, bersandarlah beliau di tembok salah satu rumah. Terdengarlah oleh beliau suara seorang perempuan yang memerintahkan anak perempuannya untuk mencampur susu dengan air. Tetapi anak perempuan yang diperintahkan tersebut menolak dan berkata: “Bagaimana aku hendak mencampurkannya, sedangkan Khalifah ‘Umar melarangnya?”
Mendengar jawaban anak perempuannya, maka sang ibu menimpalinya: “Umar tidak akan mengetahui.”
Mendengar ucapan tersebut, maka anaknya menjawab lagi: “Kalaupun ‘Umar tidak mengetahui, tetapi Rabb-nya pasti mengetahui. Aku tidak akan pernah mau melakukannya. Dia telah melarangnya.”
Kata-kata anak wanita tersebut telah menghunjam ke dalam hati ‘Umar. Sehingga pada pagi harinya, anaknya yang bernama ‘Ashim, beliau panggil untuk pergi ke rumah wanita tersebut. Diceritakanlah ciri-ciri anak tersebut dan tempat tinggalnya, dan beliau berkata: “Pergilah, wahai anakku dan nikahilah anak tersebut,” maka menikahlah ‘Ashim dengan wanita tersebut, dan lahirlah seorang anak perempuan, yang darinya kelak akan lahir Khalifah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Azis.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah tersebut ialah sebagai berikut.
  • Kesungguhan salaf dalam mendidik anak-anak mereka.
  • Selalu menanamkan sifat muraqabah, yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla, baik ketika sendiri atau ketika bersama orang lain.
  • Tidak meresa segan untuk memberikan nasihat kepada orang tua.
  • Memilihkan suami yang shalih atau istri yang shalihah bagi anak-anaknya.
Penggalan kisah ini hanya sekedar contoh, bagaimana cara kita mengambil pelajaran berharga dari sebuah kisah, kemudian menanamkannya pada anak-anak kita, dan masih banyak contoh lainnya, baik di dalam Al-Qur`an maupun Al-Hadits yang bisa digali dan jadikan sebagai kisah-kisah yang layak dituturkan kepada anak-anak kita.

Pelajaran Keutamaan Kisah-Kisah Teladan
Kisah-kisah teladan mempunyai keistimewaan yang sangat berbeda dengan kisah-kisah fiktif maupun mitos, yaitu dari sisi kebenarannya, dan sesuai dengan kenyataan yang ada. Di dalamnya juga terkandung tujuan-tujuan mulia.
  1. Kisah mampu memberikan peran yang penting dalam menarik perhatian, mengembangkan pikiran dan akal anak. Karena dengan mendengarkannya, dapat mendatangkan kesenangan dan kegembiraan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa membawakan kisah di hadapan para sahabat, baik yang muda maupun yang tua. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap kisah yang dituturkan beliau, berupa berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau, agar bisa mengambil pelajaran darinya, baik oleh orang-orang sekarang maupun sesudahnya hingga hari Kiamat
  2. Kisah-kisah tersebut bisa membangkitkan kepercayaan anak-anak terhadap sejarah tokoh yang menjadi tauladan mereka. Sehingga akan menambah semangat untuk maju, serta membangkitkan semangat ke-islaman mereka agar lebih mendalam dan menggelora.
  3. Kisah-kisah para ulama yang mengamalkan ilmunya, demikian juga kisah-kisah orang-orang shalih merupakan sarana terbaik untuk menanamkan berbagai sifat utama pada diri anak-anak, serta mendorongnya untuk siap mengemban berbagai kesulitan untuk meraih tujuan mulia dan luhur.
  4. Kisah-kisah teladan juga akan membangkitkan anak-anak untuk mengambil teladan dari orang-orang yang mempunyai tekad kuat dan mau berkorban, sehingga ia akan terus naik menuju derajat yang tinggi dan terhormat.
  5. Tujuan utama menuturkan kisah-kisah teladan tersebut, yaitu untuk mendidik dan membersihkan jiwa, bukan hanya sekedar untuk bersenang-senang atau menikmati kisah-kisah itu saja.
     Oleh karena itulah, cerita juga memiliki peran sangat penting dalam mencapai tujuan-tujuan mulia tersebut. Sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga banyak memaparkan kisah orang-orang terdahulu kepada para sahabatnya, untuk kemudian diambil pelajaran dan peringatan darinya. Kebiasaan beliau n dalam berkisah, beliau mendahului dengan uangkapan “telah terjadi pada orang-orang sebelum kalian”, kemudian beliau menuturkan kisah tersebut, dan para sahabat mendengarkannya dengan seksama sampai selesai. Dalam hal ini, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerapkan metode Ilahi, sebagaimana firman-Nya Azza wa Jalla.



artikel 3 :


Ilustrasi: Pendidikan Terhadap Anak
Suatu malam yang tenang dan hening. Semua orang telah beranjak ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Menarik selimut hingga terlindungi dari hawa dingin yang melingkupi cakrawala Madinah. Namun, seorang laki-laki yang disadarkan oleh rasa tanggung jawab sebagai pemimpin menyingkap selimutnya. Dia keluar menyusuri lorong-lorong Madinah yang mencekam. Merayapi jalan-jalan yang sepi dari tapak kaki manusia.

Dia keluar seorang diri menembus kegelapan malam. Barangkali ia menjumpai musafir yang tidak menemukan tempat bermalam. Atau orang yang merintih kesakitan. Atau orang lapar yang belum menemukan sesuap makanan untuk mengganjal perutnya. Barangkali ada urusan rakyatnya yang luput dari pengawasannya. Atau mungkin ada domba yang tersesat jauh di pinggir sungai Eufrat. Allah akan menanyakannya dan menghisabnya kelak.


Jangan heran! Lelaki tersebut adalah Amirul Mukminin, Umar bin Khatthab RA.

Setelah sekian lama mengitari Madinah dan mulai merasakan lelah pada sendi-sendinya, Umar bersandar pada salah satu dinding rumah kecil di pinggiran kota Madinah. Dia beristirahat sejenak sebelum melanjutkan langkahnya menuju masjid.

Kala itu, sayup-sayup terdengar olehnya suara dua orang wanita dari dalam rumah kecil tempat ia bersandar. Percakapan seorang ibu dengan putrinya. Percakapan dimana sang putri menolak untuk mencampur susu perah dengan air putih.
Sang ibu berkata, “Campurlah susu itu dengan air!”
Sang putri menjawab, “Sesungguhnya, Amirul Mukminin telah melarang kita untuk mencampur susu dengan air. Tidakkah Ibu mendengar juru bicaranya menyampaikan larangan tersebut?”
“Umar tidak melihat kita. Dia tidak akan tahu apa yang kita lakukan di saat-saat terakhir malam ini.” Jawab ibunya.
Putrinya pun menjawab seketika, “Wahai Ibuku, walaupun Umar tidak melihat namun Tuhan Umar melihat kita. Demi Allah, saya tidak akan melakukan apa yang dilarang-Nya.”

Ucapan putri tadi menyejukkan hati Umar. Jawaban yang menggambarkan kejujuran dan keimanan.
Akhirnya Umar menikahkan putranya, Ashim, dengan gadis yang baik itu. Gadis itu bernama Ummu Ammarah binti Sufyan bin Abdullah bin Rabi’ah Ats-Tsaqafi. Kelak ia akan melahirkan dua anak gadis yang diberi nama Laila dan Hafshah. Laila kemudian dikenal dengan panggilan Ummu Ashim.
Ummu Ashim kemudian menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan, seorang gubernur Bani Marwan. Dari pernikahan yang suci ini lahirnya seorang khalifah yang mulia, Umar bin Abdul Aziz.
Umar bin Abdul Aziz yang berjuluk Khalifah Kelima adalah pemimpin yang sang bersahaja. Tingkat keimanannya tidak perlu diragukan lagi. Umar hafal Quran sejak kecil. Matanya selalu banjir air mata karena rasa takutnya pada Allah.

Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, tidak ada yang menjadi mustahik. Tidak ada orang yang berhak menerima zakat. Rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Sementara Umar hidup sangat sederhana.
Apa yang menjadikan Umar memiliki pribadi yang begitu luar biasa? Ummu Ashim, ibunda Umar, mendidiknya sejak kecil dengan penuh kasih sayang. Mengajarkan Umar Quran dan cinta pada Allah. Ia selalu menjaga dan mengawasi putranya.

Ummu Ashim juga dikenal sebagai wanita yang sangat dermawan dan menyayangi orang-orang yang lemah. Ummu Ashim mewakili gambaran ideal tentang sosok seorang ibu. Demikian juga ibunda dari Ummu Ashim. Rasa takutnya pada Allah menjadikannya pribadi yang unggul.

Keteladanan wanita-wanita tersebut menjadi bukti vitalnya seorang ibu dalam membentuk sebuah generasi. Seorang penyair mengungkapkan bahwa ibu adalah sebuah sekolah. Apabila dipersiapkan dengan baik, berarti telah mempersiapkan suatu bangsa dengan dasar yang baik.

Tidak berlebihan tentu saja. Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Ibu bagaikan wadah yang mengajarkan dan mendidik berbagai macam ilmu dalam kehidupan anak-anaknya dengan cinta dan kasih sayang. Sebagai pendidik awal, ibulah yang pertama kali meletakkan fondasi dasar terutama dalam aspek keimanan kepada anak dalam proses pendewasaan mental dan pematangan jiwa.