Fantastic4C

My photo
bogor, jawa barat, Indonesia
We are the Fantastic 4C team! *Adelia Putri, *Alifa Shakila, *Aquila Jidapa, *Aulia hamdan Fauzi, *Dayzan Arkananta, *Dhiena Alyaa Puteri *Fairuuz Shihan Namora, *Fawwaz Abud, *Frilli Azarine Maharani, *Husna Aulia Fadilah, *Kelana S Putra Monoarfa, *Marwa Nur Mardhiyah, *Muhammad Abyan K Subayu, *Muhammad Daffa Fadhillah, *Muhammad Daffa Hidayat, *Muhammad Daffa Nashrullah, *Muhammad Fathan Firdausi, *Muhammad Majdi Fuadi, *Muhammad Rafidan M, *Muhammad Reyhan Dafiansyah, *Muhammad Zidan Alian Fadila, *Nisya Salsabila Putri, *Ranuh Muhammad, *Rendy Shika Kawaldi, *Salma Fauziyah, *Salsabila Evandi, *Shafa Naurah Kamiliya, *Tubagus Fauzan Abdul Aziz, *Wiyoga Adhitya Pratama, dan tentu saja bersama ustadzah Melissa Madjid.. ^_^ so LeTs PLaY, LeArN, anD gRoW toGetHer..!

Kumpulan Cerita Islami


ayo duduk yang manis, ustdzh punya cerita menarik...

cerita 1 :

Anwar dan Sang Burung Kecil

Ketika Anwar sedang berjalan pulang dari sekolah, hujan mulai turun sangat lebat. Setelah makan malam, sebelum memulai pekerjaan rumahnya, dia bertanya kepada ibunya apakah dia boleh melihat hujan dulu sebentar. Ibu bilang bahwa Anwar boleh melihatnya sebentar saja. Anwar melihat ke jendela dan mulai memperhatikan hujan yang turun di luar. Ada orang berjalan di jalanan dengan memakai payung, dan yang tidak mempunyai payung merapatkan diri mereka ke bangunan. Tak lama kemudian, gumpalan hujan mulai terbentuk di mana-mana. Mobil yang lewat memuncratkan air ke sisi jalan dan orang berlarian dari pemberhentian agar tidak kebasahan. Anwar berpikir betapa menyenangkannya berada di dalam rumah dan dia harus lebih bersyukur kepada Allah Yang telah memberinya makanan dan rumah yang hangat untuk tinggal. Pada saat itu juga, seekor burung jelatik hinggap di bingkai jendela. Anwar berpikir bahwa burung malang itu pasti sedang mencari tempat berteduh dari hujan, dan dia segera membuka jendela.
“Hai, namaku Anwar,” katanya. “Kamu boleh masuk kalau kamu mau.”
“Terima kasih, Anwar,” kata sang burung kecil. “Aku ingin menunggu di dalam sampai hujan reda.”
“Kamu pasti kedinginan di luar sana,” Anwar ikut merasakan “Aku belum pernah melihat burung sedekat ini sebelumnya. Lihat betapa tipisnya kakimu! Bagaimana kakimu dapat menahan badanmu hingga tegak?”
“Kamu benar, Anwar,” sang jelatik setuju. “Kami burung memiliki kaki yang tipis dibanding tubuh kami. Namun, biarpun demikian, kaki-kaki tersebut mampu menahan tubuh kami dengan sangat mudah. Ada banyak otot, pembuluh darah dan syaraf didalamnya. Bila kaki kami lebih tipis atau lebih tebal lagi, akan sulit bagi kami untuk terbang.”
“Terbang pasti rasanya sangat menakjubkan,” pikir Anwar. “sayapmu terlalu tipis, juga, namun kalian masih dapat terbang dengannya. Jadi, bagaimana kamu dapat terbang sedemikian jauhnya tanpa merasa lelah?”
“Saat pertama kali kami terbang, kami menggunakan banyak sekali tenaga karena kami harus mendukung berat badan kami pada sayap kami yang tipis,” mulai sang jelatik. “Namun begitu kami di udara, kami menjadi santai dengan mebiarkan tubuh kami terbawa angin. Jadi, karena kami menghabiskan lebih sedikit tenaga dengan cara ini, kami tidak menjadi lelah. Saat angin berhenti bertiup, kami mulai mengepakkan sayap kami lagi. Karena kelebihan yang telah Allah ciptakan untuk kami, kami dapat terbang dalam jarak yang sangat jauh.”
Anwar kemudian bertanya, “Bagaimana kamu dapat melihat sekelilingmu saat sedang terbang?”
Sang jelatik menjelaskan: “Organ indera terbaik kami adalah mata kami. Selain memberikan kemampuan untuk terbang, Allah juga memberikan kami indera penglihatan yang sangat hebat. Jika kami tidak memiliki indera penglihatan bersamaan dengan kemampuan ajaib kami untuk bisa terbang, hal itu sangatlah berbahaya bagi kami. Kami dapat melihat benda yang sangat jauh dengan lebih jelas daripada manusia, dan kami memiliki jangkauan penglihatan yang luas. jadi begitu kami melihat bahaya di depan, kami dapat menyesuaikan arah dan kecepatan terbang kami. Kami tidak dapat memutar mata kami seperti manusia karena mata kami diletakkan pada pencengkramnya. namun kami dapat menggerakkan kepala kami berputar dengan cepat untuk memperluas wilayah penglihatan kami.”
Anwar mengerti: “Jadi, itulah mengapa burung selalu menggerakkan kepala mereka: untuk melihat ke sekeliling mereka. Apakah semua mata burung seperti itu?”
“Burung hantu dan burung-burung malam hari lainnya memiliki mata yang sangat lebar,” sang jelatik melanjutkan. “Berkat sel khusus dalam mata mereka, mereka dapat melihat dalam keremangan. Karenanya, burung hantu dapat melihat dengan sangat baik untuk berburu di malam hari. Ada juga jenis burung yang disebut burung air; Allah menciptakan mereka agar mereka dapt melihat dengan sangat baik di dalam air. Mereka mencelupkan kepala mereka ke dalam air dan menangkap serangga atau ikan. Allah menciptakan kemampuan ini dalam burung-burung ini agar mereka dapat melihat dengan jelas di dalam air dan menangkap mangsa mereka.”
“Tidak semua paruh burung sama, nampaknya. Mengapa demikian?” Anwar bertanya.
“Allah menciptakan berbagai jenis paruh yang berbeda untuk burung yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang berbeda,” demikian jawabannya. “Paruh kamu sesuai dengan sempurna terhadap lingkungan di mana kami tinggal. Ulat dan cacing sangat lezat bagi kami para burung pemangsa serangga. dengan paruh kami yang tipis dan tajam, kami dapat dengan mudah mengambil ulat dan cacing dari bawah daun pohon. Burung pemakan ikan biasanya memiliki paruh yang panjang dengan bentuk seperti sendok pada ujungnya untuk menangkap ikan dengan mudah. Dan burung yang makan dari tumbuhan memiliki paruh yang membuat mereka dapat makan dengan mudah dari jenis tumbuhan yang mereka sukai. Allah telah menyediakan dengan sempurna untuk setiap makhluk di Bumi dengan memberikannya kemampuan yang dia butuhkan.”
Anwar punya pertanyaan lain untuk sang jelatik: “Kamu tidak mempunyai telinga seperti yang aku punya, namun kamu masih dapat mendengarkan aku dengan sangat baik. Bagaimana bisa?”
“Indera pendengaran sangatlah penting bagi kami para burung. Kami menggunakannya untuk berburu dan saling memperingatkan akan adanya kemungkinan bahaya sehingga kami dapat melindungi diri kami. Sebagian burung memiliki gendang pendengaran yang membuat mereka mampu mendengar suara yang paling kecil. Pendengaran burung hantu sangat peka akan suara. Burung Hantu dapat mendengar tingkat suara yang tidak dapat didengar manusia,” sang jelatik memberitahukannya.
Anwar kemudian bertanya: “Kalian para burung berkicau dengan sangat merdu. Aku senang mendengarkan kalian. Untuk apa kalian menggunakan suara kalian?”
Sang burung mengangguk: “Sebagian dari kami memiliki kicauan yang berbeda untuk mengusir musuh kami. Terkadang kami membuat sarang kami di dalam lubang pada batang pohon, dan ketika musuh mencoba masuk, kami mendesis layaknya ular. Penyusup tersebut berpikir bahwa ada ular di dalam sarang itu, sehingga kami dapat melindungi sarang kami.”
“Apa lagi yang kalian lakukan untuk melindungi sarang kalian dari musuh?” Anwar ingin tahu.
“Kami membangun banyak sarang tipuan untuk menyesatkan musuh kami,” kata sang burung. “Dengan cara ini kami membuat para penyusup tersesat dan melindungi sarang dan telur kami yang telah kami sembunyikan di daerah tersebut. Untuk melindungi sarang kami dari ular berbisa, kami menutupi jalan masuk dan membuatnya sangat berliku-liku. Kewaspadaan lainnya adalah membangun sarang pada pohon yang cabangnya berduri.”
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
(QS. an-Nahl, 16:79)
“Bagaimanakah sebagian burung dapat berenang dalam air? dan mengapa tidak semua burung dapat berenang?” Anwar bertanya pada temannya.
Sang jelatik menjawab: “Allah telah menciptakan sebagian dari kami dengan kemampuan untuk berenang. Dia telah memberikan mereka kaki berselaput jala agar mereka mampu berenang saat masuk ke dalam air. Sebagian lain dari kami memiliki jari tipis tanpa jala. jadi, selain burung air, burung tak dapat berenang.”
“Sama seperti sepatu renang!” Anwar berseru. “Saat aku berenang dengan memakai sepatu renang, aku dapat berenang dengan jauh lebih cepat.”
“Ada beberapa burung yang telah memiliki sepatu renang ini sejak lahir,” kata sang burung.
Saat Anwar dan sang burung sedang berbincang-bincang, ibunya menyuruh Anwar untuk masuk ke kamarnya dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pada saat bersamaan, hujan pun telah reda.
Anwar berkata pada temannya: “Sekarang aku harus masuk ke kamarku dan mengerjakan pekerjaan rumahku. Besok aku akan bercerita kepada teman-temanku tentang kemampuan istimewamu, dan bagaimana Allah telah menciptakan kamu dan makhluk lainnya melalui karya seni kreatif yang sedemikian sempurna.”
“Hujan telah reda, jadi aku dapat kembali ke sarangku,” jawab sang jelatik. “Terima kasih telah membawa aku masuk, Anwar. Saat kau menceritakan temanmu tentang kami, Bisakah kamu sampaikan juga kepada mereka untuk peduli kepada kami dan jangan melemparkan batu kepada kami atau kepada makhluk lainnya?”
“Ya, tentu saja aku akan menyampaikannya kepada mereka,” Anwar setuju. “Semoga Allah melindungimu.” Anwar membuka jendela dan sang burung segera terbang, melayang menembus udara. Anwar memikirkan kesempurnaan dalam ciptaan Allah dan duduk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Sumber: Cerita Untuk Anak Cerdas - Harun Yahya




cerita 2 :

     Ananda sudah kenal dengan Abu Bakar? Beliau adalah sahabat terdekat Nabi Muhammad saw. Saat itu beliau sudah menjadi khalifah, yaitu pemimpin setelah Nabi Muhammad saw meninggal dunia. Banyak sekali kisah telan mengenai Abu Bakar, ini salah satunya...


       Abu Bakar setiap hari berkeliling di perkampungan Madinah. Ia terbiasa berkunjung ke rumah-rumah janda tua dan rumah anak-anak yatim piatu.
Assalamu’alaikum…,” salamnya di depan pintu rumah seorang janda tua.
Wa’alaikum salam…!” jawab janda tua. Dibukanya pintu, lalu wajah perempuan tua itu menjadi berseri-seri.
Oh, Abu Bakar rupanya,” sambutnya gembira.
Nek, apa mau kuperahkan susu kambingnya?” tanya Abu Bakar.
Tidak usah, Tuan…” dengan malu-malu, perempuan tua itu mencoba menolak. Tapi, Abu Bakar mengetahui kalau kedatangannya memang sangat membantu pekerjaan perempuan tua itu.
Mari Nek, aku bantu memerahkan susu,” kata Abu Bakar tersenyum.
Abu Bakar pun memerahkan susu kambing sampai semua wadah terpenuhi. Sedangkan perempuan tua itu memandangi Abu Bakar dengan rasa kagum. Abu Bakar sering datang ke rumahnya untuk membantu memerah susu tanpa mengharap balasan. Kalau saja Abu Bakar tidak datang membantu, pasti ia kesusahan.
Nek, semua wadah sudah terisi…,” kata Abu Bakar.
Terima kasih banyak Tuan, atas bantuannya hari ini,” ucap perempuan tua itu.
Baiklah nek, saya permisi dulu. Assalamu’alaikum,” salam Abu Bakar.
Wa’alaikum salam,” jawab perempuan tua itu lagi.
Abu Bakar meninggalkan perempuan tua itu dengan hati gembira. Kemudian, ia singgah di rumah seorang anak yatim.
Assalamu’alaikum,” salam Abu Bakar. Seorang anak perempuan berlari kecil membukakan pintu.
Wa’alaikum salam,” jawabnya. Bukan main senangnya anak itu ketika melihat Abu Bakar datang.
Tuan datang! Mari, silakan masuk,” sambutnya penuh hormat.
Nak, apa ibumu ada di rumah?” tanya Abu Bakar. Anak itu menggeleng pelan. “Ibu sedang mencari kayu bakar,” kata anak itu.
Mari, kumasakkan sesuatu untukmu,” sahut Abu Bakar.
Abu Bakar memasak gandum untuk makanan anak yatim itu. Sungguh gembira anak perempuan itu menunggu makanan yang dimasak Abu Bakar. Tidak lama kemudian, makanan itu pun matang. Abu Bakar menyuguhkannya pada anak yatim itu.
Sekarang makanlah, Nak. Bila ibumu datang, ia tidak perlu memasak lagi,” kata Abu Bakar.
Anak itu pun makan dengan lahapnya. Abu Bakar memandangnya sambil tersenyum.
Baiklah, aku permisi. Insya Allah, besok aku datang lagi memasak gandum untukmu,” kata Abu Bakar seraya mengusap kepala anak yatim itu dengan lembut.
Terima kasih, Tuan,” ucapnya.
Berhati-hatilah, Nak.
Assalamu’alaikum,” salam Abu Bakar.
Wa’alaikum salam,” jawab anak itu.
Abu Bakar berjalan menuju rumah-rumah lainnya untuk membantu memerah susu atau memasakkan gandum sampai sore hari. Abu Bakar suka sekali dengan pekerjaannya itu. Setiap hari dilakukannya terus menerus.
Begitulah Abu Bakar…walaupun ia seorang saudagar yang kaya raya, orang-orang sangat segan dan menghormatinya. Harta kekayaannya banyak dipakai untuk perjuangan agama islam. Ia juga suka membeli budak-budak yang disiksa karena ketahuan memeluk Islam. Kemudian dimerdekakannya.
Ketika ia terpilih menjadi khalifah, setelah Rasulullah wafat, pekerjaan itu pun masih dilakukannya. Karena kesibukannya banyak menyita waktu, Abu Bakar tidak bisa lagi mengunjungi rumah-rumah janda tua dan anak yatim.
Suatu siang, seorang gadis kecil membawa wadah di tangannya. Ia akan memerah susu kambing.
Diamlah, aku mau memerah susu,” katanya ketika kambingnya tidak mau diam. Tangannya yang mungil tidak cukup kuat menjinakkan kambing itu.
Aduh…, kenapa tidak menurut?” sahut anak yatim itu. Kambingnya malah menghentak-hentakkan kakinya.
Bu, kemana ya, orang itu?” tanyanya.
Orang yang mana?” ibunya balik bertanya.
Orang yang suka membantu memerah susu tidak datang lagi, ya?”
Sudahlah nak, kau harus terbiasa mengerjakannya sendiri,” kata ibunya.
Tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu.
Assalamu’alaikum,” terucap salam dari luar.
Wa’alaikum salam” jawab anak itu.
Oh! Tuan datang lagi!” serunya ketika melihat laki-laki yang suka membantunya memerah susu sedang berdiri.
Abu Bakar tersenyum. Betapa gembira anak itu, sipemerah susu datang lagi. Sudah berapa hari ia tidak datang kerumahnya.
Nak, mari kuperahkan susu kambingmu,” kata Abu Bakar seperti biasanya. Anak itu bergegas memanggil ibunya.
Bu! Si pemerah susu itu datang lagi!” serunya girang. “Ia mau membantu kita,” katanya lagi.
Mendengar suara anaknya, ibu itu segera keluar menemui Abu Bakar.
Ya Allah! Anakku, kau tidak patut berkata seperti itu padanya. Tahukah kamu siapa tamu ini?” kata ibunya terperanjat.
Dia si pemerah susu yang suka membantu kita,” jawab anak itu polos.
Tidak, anakku…, beliau orang yang mulia. Beliaulah Khalifah Abu Bakar,” kata ibunya.
Ya Amirul mukminin, maafkanlah anakku, ia tidak tahu siapa Tuan,” dengan wajah pucat ibunya mohon maaf. Gadis cilik itu tampak ketakutan sekali.
Tidak apa-apa. Biarkan saja…,” kata Abu Bakar sambil tersenyum.
Mari kuperahkan,” kata Abu Bakar lagi.
Khalifah Abu Bakar lalu memerahkan susu kambing di rumah anak yatim itu. Kemudian datang ke rumah-rumah lainnya untuk memasakkan gandum.

Sumber ; kisah-kisah teladan




***
Wah, subhanallah...hebat sekali ya Abu Bakar ini. Beliau meski telah menjadi pemimpin, namun tetap rendah hati dan tidak sungkan untuk membantu siapapun, termasuk golongan orang orang yang tidak mampu. 
Nah, siapa yang bercita-cita menjadi pemimpin seperti Abu Bakar yang mulia ini???